“Muda kaya raya, mati masuk surga.”
Slogan yang diimpikan Bani Adam tanpa terkecuali. Sebagaimana kata “sabar”, slogan tersebut mudah diucap sulit mencapainya. Tetapi bukan tidak mungkin bagi sebagian warga negara Arab Saudi.
Sebagai negara kaya minyak, Arab Saudi bergelimang uang. Penduduknya yang ditakdirkan berkecukupan dengan melimpah ruahnya harta, sejatinya sangat mudah pula menggapai surga di akherat. Karena, miliu religiutas yang establish di Arab Saudi, sejatinya dapat mewujudkan “muda kaya raya, mati masuk surga.” Why not?
Ironisnya, kekayaan bak candu yang melenakan. Sebagian dari warga Saudi yang kaya tersebut, muncul sebagai generasi pemalas, hedonis, tak acuh terhadap ajaran agama, dan gelar lain yang tidak semestinya.
Dalam perjalanan mobil sepulang dari sebuah pengajian, rekan saya yang baru menyelesaikan program doktoral-nya di salah universitas perminyakan di wilayah timur Saudi, mengkisahkan betapa banyak terlihat pelajar Saudi yang malas-malasan belajar. Bukan hanya mahasiswanya, tetapi juga para dosennya, sangat enggan mengadakan penelitian.Slogan yang diimpikan Bani Adam tanpa terkecuali. Sebagaimana kata “sabar”, slogan tersebut mudah diucap sulit mencapainya. Tetapi bukan tidak mungkin bagi sebagian warga negara Arab Saudi.
Sebagai negara kaya minyak, Arab Saudi bergelimang uang. Penduduknya yang ditakdirkan berkecukupan dengan melimpah ruahnya harta, sejatinya sangat mudah pula menggapai surga di akherat. Karena, miliu religiutas yang establish di Arab Saudi, sejatinya dapat mewujudkan “muda kaya raya, mati masuk surga.” Why not?
Ironisnya, kekayaan bak candu yang melenakan. Sebagian dari warga Saudi yang kaya tersebut, muncul sebagai generasi pemalas, hedonis, tak acuh terhadap ajaran agama, dan gelar lain yang tidak semestinya.
Mereka yang demikian, menurutnya, terlena “mau apa lagi, uang datang sendiri kok.” Dosenpun tak ketinggalan, tak kuatir dipecat karena enggan mengadakan riset, gajinya selangit pasti aman sebagai warga Saudi yang memiliki perlakuan istimewa.
Tampaknya, mereka merasa aman dengan dilimpahkannya rahmat Allah berupa minyak yang mensejahterahkan. Sepertinya bagi mereka, uang dapat membeli segalanya, sehingga apapun keperluannya bisa tanpa ilmu tapi menggunakan uang.
Di sisi lain, saya mengenal pula beberapa warga Saudi yang hidup penuh perjuangan. Kondisi keterbatasan –jika tidak disebut kekurangan– memaksanya bekerja ekstra keras sebagai apa saja yang pasti selalu ada lapangan pekerjaan bagai warga pribumi Saudi. Meskipun demikian, tetap saja ada kesamaan sifat di beberapa antara mereka; malas hingga etos kerja mlempep seperti kerupuk dibasahi air. Tidak cukup itu, masih ada juga yang kufur; melupakan shalat, mudah berkata-kata keji, dan kawan-kawannya.
Semoga Allah memberikan taufiq dan hidayahNya kepada kita semua
amiiin .. catatan yang menyentuh kawan..
ReplyDeletesalam kenal
Kunjungan blogwalking.
Sukses selalu..
kembali tak lupa mengundang juga rekan blogger
Kumpul di Lounge Event Blogger "Tempat Makan Favorit"
Salam Bahagia
Betul Betul betul sekali,,,,
ReplyDeleteAamiin ya Robbal'alamin.....masyaAllah...inta marra 100x kuwais...
ReplyDelete